Pemkot Palopo

Bandingkan Pemimpin Saat Aksi Anarkis. Aktivis Dan Warga Nilai Vidio Provokatif Punya Misi Terselubung

MAKASSAR,4Menit.Com – “Bisa jadi vidio ini dibuat lalu disebar di grup grup WhatsApp, punya misi terselubung”.

Hal ini diungkapkan Amir, menanggapi adanya video yang beredar seolah menyalahkan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, lalu membandingkan dengan pemimpin di berbagai daerah dan pemimpin sebelumnya terkait aksi anarkis di gedung DPRD Makassar, beberapa hari lalu.

Bagaimana bisa Wali Kota dan Wakil Wali Kota mau menemui massa, sedangkan saat itu sedang rapat, dan diluar gedung massa datang dengan tiba-tiba melakukan tindakan anarkis membakar kendaraan dan gedung DPRD.

Jadi narasi yang ada di dalam vidio itu bersifat tendensius tidak sesuai fakta. Lanjut nya.

Terkait jadwal rapat, yah itu tentunya diatur oleh pihak DPRD. Bukan Wali Kota. Tegas Amir

Vidio ini bersifat tendensius dengan tujuan memberikan kesan buruk bagi kepemimpinan Munafri-Aliyah selaku Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar.

Hal serupa juga disampaikan Bahrun Syaputra.

Aktivis di Sulawesi Selatan ini menilai Video tersebut tidak tepat konteks, bahkan dianggap sebagai upaya provokatif yang justru berpotensi memperkeruh suasana pasca insiden kebakaran Gedung DPRD Makassar.

Dikutip dari salah satu media. Koordinator Koalisi Aktivis Pemuda dan Mahasiswa Sulsel, Bahrun Syaputera, atau akrab disapa Ibas, menilai bahwa video itu sengaja diproduksi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Menurutnya, narasi yang dibangun dalam tayangan singkat tersebut sarat dengan upaya memunculkan persepsi negatif terhadap para kepala daerah, khususnya Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin.

“Kalau dilihat secara jernih, video itu tidak lebih dari potongan visual yang dipakai untuk melabeli pemimpin dengan berbagai reaksi. Padahal setiap daerah punya situasi yang berbeda-beda saat demo terjadi.

Kalau dipaksakan membandingkan, jelas keliru. Justru saya melihat ada niat provokatif, bahkan sinis, untuk menambah riak-riak baru di saat Makassar masih berduka,” tegas Ibas, Senin (1/9/2025).

Lebih jauh, Ibas menjelaskan bahwa situasi yang dihadapi Wali Kota Makassar saat kericuhan 29 Agustus lalu jauh lebih sulit dibandingkan dengan kepala daerah lain yang ditampilkan dalam video.

“Pak Wali Kota Appi saat itu berada di posisi paling terjepit. Massa sudah anarkis, gedung DPRD bukan hanya dirusak tapi juga dibakar. Di lokasi hampir tidak ada pengamanan memadai. Kondisi seperti itu tidak memungkinkan untuk mengambil langkah persuasif dengan menemui pendemo. Risiko keselamatan sangat tinggi,” jelasnya.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan kepala daerah lain yang menemui massa dengan kawalan ketat aparat kepolisian, situasi di Makassar tidak bisa diparalelkan.

“Jadi sangat tidak adil kalau video itu hanya ingin menunjukkan seolah-olah pemimpin kita tidak berani. Faktanya, kondisi di lapangan benar-benar berbeda,” tambahnya.

Ibas menilai, pihak yang membuat dan menyebarkan video tersebut tidak menghormati suasana duka masyarakat Makassar. Insiden kebakaran DPRD telah merenggut korban jiwa dan melukai belasan orang.

Dalam kondisi seperti ini, menurutnya, seharusnya semua pihak menunjukkan empati, bukan malah memproduksi konten yang memperkeruh suasana.

“Kalau mau peduli, mestinya ikut menyuarakan kedamaian. Bukan menyebarkan konten yang provokatif. Video itu jelas dibuat hanya untuk mencari sensasi dan memanfaatkan situasi duka. Itu sama sekali tidak etis,” tegasnya.

Sebagai aktivis, Ibas mengajak seluruh masyarakat Makassar untuk tetap bersatu menjaga kondusifitas kota. Ia menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai budaya lokal Makassar yang selama ini menjadi pedoman hidup bersama, yakni Sipakatau (saling memanusiakan), Sipakainge (saling mengingatkan), dan Sipakalebbi (saling menghargai).

“Gerakan menjaga Makassar ini bukan hanya tugas pemerintah atau aparat. Semua elemen masyarakat harus ikut berkomitmen. Dengan kesadaran kolektif, kota kita bisa pulih lebih cepat dari luka akibat insiden ini,” ucapnya.

Ibas juga menilai langkah Wali Kota Munafri pascainsiden, yang mengajak berbagai organisasi kepemudaan, tokoh agama, dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan kota, merupakan keputusan tepat seorang pemimpin.

“Pak Wali Kota memilih jalan merangkul semua pihak, mengajak doa bersama, dan menekankan kebersamaan. Itu adalah sikap yang bijak dan patut kita dukung,” ujarnya.

Tragedi kebakaran DPRD Makassar, menurut Ibas, harus dijadikan momentum untuk memperkuat solidaritas warga kota. Ia menegaskan bahwa tidak boleh ada ruang bagi provokasi yang dapat memecah belah persatuan.

“Makassar adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan ada pihak yang mencoba mengacaukan rumah ini dengan cara-cara kotor. Tugas kita semua memastikan Makassar tetap aman, damai, dan menjadi harapan bagi generasi yang akan datang,” tandasnya.

Sementara itu, Pemerintah Kota Makassar melalui Wali Kota Munafri Arifuddin menegaskan pihaknya akan terus menjaga agar kota tetap aman dan kondusif pascainsiden. Melalui sistem pemantauan War Room, Pemkot bersama aparat keamanan terus mengawasi situasi di titik-titik rawan. Selain itu, berbagai langkah pemulihan sosial, termasuk doa bersama lintas elemen di Lapangan Karebosi, telah disiapkan untuk meredam potensi provokasi.

“Yang terpenting sekarang adalah kebersamaan kita semua. Jangan terprovokasi isu atau konten menyesatkan. Makassar harus tetap berdiri sebagai kota yang damai dan penuh persaudaraan,” kata Munafri dalam pernyataan terpisah.

Dengan demikian, video perbandingan kepala daerah yang beredar di media sosial dinilai tidak kontekstual, bahkan cenderung provokatif. Aktivis menegaskan bahwa kondisi di Makassar saat insiden berbeda dengan daerah lain, sehingga narasi yang dibangun dalam video tersebut justru berpotensi memperkeruh keadaan.

Seruan yang mengemuka kini adalah ajakan untuk menjaga Makassar tetap kondusif melalui solidaritas, nilai budaya lokal, dan langkah-langkah kolektif menghadapi pasca-krisis.(*)

PELANTIKAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *